Tegak diatas Hidayah, Tegak diatas Sunnah.

Bismillahirrahmanirrahiim.

Hidayah, adalah salah satu bukti cinta Allah dan anugerah terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hambanya. Mengapa paling besar? Karena nikmatnya terus dirasakan hingga terus sampai kepada bertemu dengan Allah. Beda dengan uang, yang tidak selalu nikmat bahkan cenderung habis maupun nikmat dunia yang unsurnya tidak akan bertahan lama (pasti akan ditinggalkan). Nikmat dari hidayah tersebut letaknya di hati. Karena, nikmatnya kita rasakan hingga menggapai surga. Hanya hidayah yang merupakan kenikmatan mencapai bahagia dunia dan akhirat. Karena semua nikmat belum tentu membuat cinta kepada Allah, justru sebagian besar adalah cobaan, yang membuat lupa terhadap Allah, dan hakikatnya, semua manusia adalah tersesat, kecuali yang diberi petunjuk. Siapa saja yang melihat aib atau kejelekan orang lain yang tidak ada pada diri kita, hendaknya kita bersyukur, karena kita diselamatkan Allah dari perkara itu. Kemudian, tutup aib itu, jangan disebar. Siapa saja yang menutupi aib seorang muslim di dunia, maka Allah akan tutup aibnya di hari kiamat. Allah meminta untuk selalu bersyukur dengan cara ikhlas jika telah mendapat hidayah, apapun yang kita lakukan, berikan, dapatkan harus berujung ikhlas karena Allah, jika ingin Allah cintai, karena Allah akan jaga hatinya. Jaga hati dengan segala keikhlasan. Karena amal yang paling mulia dan dicintai hanya “ikhlas”. Dan banyak ilmu juga belum menjamin jika tidak ada rasa ikhlas, karena ikhlas merupakan bagian terbesar dari seorang mukmin. Sebagai muslim sejati, kita harus berjanji agar selalu mengikuti sunnah Rasulullahi alaihi wassalam karena itu merupakan pembuktian kita mencintai Rasulullah. Mempelajari dan menerapkan semua anjurannya, bercita-cita bertemu dengannya, senantiasa bershalawat dan mengikuti kebiasaannya. Karena nabi kita merupakan teladan manusia sepanjang abad dalam sejarah di muka bumi. Jika semua sifat dan akhlak terpuji itu berbagai macam seperti jujur, murah hati, penyabar, amanah, adil, maka semua itu didapati oleh Nabi besar kita. Sunnah Rasulullah merupakan satu-satunya jalan untuk membuat ikhlas. Tidak mungkin seseorang dikatakan istiqamah dalam mendapat hidayah tanpa menegakkan SUNNAH Rasulullah. Di akhir zaman ini, kita telah masuk dalam kehidupan yang dipenuhi berbagai ujian. Yaitu Tauhid, Aqidah, perkara Bid’ah, pemahaman Islam yang bersih/murni dari penyimpangan yang mengakibatkan kabut hitam dalam hati seorang mukmin. Dikarenakan penyakit utama yaitu, tidak beradabnya kita kepada Allah, tidak beradab pula kita kepada jalan Rasulullah. Selama manusia tidak beradab, ujian akan terus ditimpakan oleh Allah. Jika kita telah banyak melihat fitnah atau perpecahan umat islam, kuncinya adalah “berpegang teguh dengan Sunnah.” Mengapa juga masih banyak yang tidak bisa ikhlas? Karena, tuntunan hidup manusia sekarang adalah jauh dan tidak berdasarkan Sunnah Rasulullah alaihi wassalam.

Rasulullah menyuruh kita agar beribadah dengan rasa cinta yang dalam terhadap Allah, karena kualitas cinta menentukan iman kita hingga dapat merasakan nikmat itu adalah kedekatan kita dengan Allah semata. Jika cinta kita masih lemah, penyebabnya adalah rasa akibat cinta kita yang masih tergantung kepada dunia. Kita bisa mendekatkan diri kita dengan Allah melalui ibadah dan mengenal nama-nama Allah (Asmaul Husna). Dengan mempertebal sabar dan keikhlasan merupakan kunci untuk meluluhkan iman. Ilmu agama adalah satu-satunya ilmu yang tidak pernah menyimpang. Poin besar dari sebab penghalang hidayah adalah karena syahwat dan syubhat. Jika ada seseorang berbicara atau meminta doakan agar segera diberi hidayah, kita harus membalas dan menyampaikan agar ia cepat bertaubat. Karena artinya, orang tsb masih cinta dunia dan belum ingin melepaskan perihal-perihalnya. Kunci dari semua kebaikan dan ibadah adalah “Cinta Allah.” dan Shalat adalah penentu amal kebaikan yang lain (paling utama) sebab ibadah yang paling pertama kali dihisab adalah jumlah shalat. Orang yang paling beriman tentu tidak akan lepas dari ilmu dan amal. Para ahlusunnah, Tidak pernah lepas dari majelis ilmu, cenderung meninggalkan hal yang banyak mudharat, menjalankan yang wajib kemudian sunnah, dan mengaplikasikan pemahaman sesuai dengan para sahabat dengan cara yang benar. Ingat, orang Islam belum tentu semuanya muslim atau beriman, karena dari 73 golongan yang ada, hanya 1 yang diridhai, dan masuk ke dalam surganya Allah swt. Jauhi diri kita dari paham takfiri, khawarij, murjiah, syiah, qodariah, jabariah, mutajiah, jamilah, dll.

Syukur dan taqwa adalah buah dari ilmu dan amal. Iman seorang mukmin, bisa dilihat dari kebersihan dan ucapan lisan, karena bersih dan lisan merupakan faktor penentu keimanan seseorang. Semangat dakwah juga merupakan buah dari hidayah Allah, karena ia menerapkan amar ma’ruf nahi munkar, membedakan yang haq dan yang bathil. Ia tidak ingin melihat orang-orang yang belum mendapat hidayah, petunjuk, dan kebenaran. Ini semua merupakan tanggung jawab dan tugas seorang muslim dan mukmin untuk memperingati saudara-saudaranya. Percaya kita melakukan ini karena Allah akan menghadap kita di akhirat dan bertanya jika kita membiarkan saudara muslim kita berada dalam kezhaliman yang nyata, bertanya juga jika ilmu yang kita miliki tidak dibagikan kepada para yang membutuhkannya. Namun jika dakwah sudah tuntas, kita ikhtiar dan serahkan kepada sang maha pembulak balik hati hambanya. Dan mereka yang tidak tahu, tidaklah berdosa, tetapi dosa mereka tidak menuntut ilmu. Maka tidak ada alasan esok jika mereka menghadap Allah, dan Allah bangkitkan mereka dalam keadaan buta karena selama hidup di dunia ia tidak mengejar petunjuk itu karena dianggap tidak penting. Padahal tauhid adalah merupakan inti dakwah dari para rasul. Dan tugas mereka sampai akhir zaman melalui kitab suci yang dibawa, tentunya Al-Qur’an yang tidak berubah sedikitpun sepanjang masa, pelengkap kitab sebelumnya. Maka para ulama adalah pewaris nabi, yang melanjutkan perjuangan para nabi. Sejatinya dunia ini adalah tempat yang diasingkan bagi para orang yang beriman, bagi orang kafir, Allah telah memberikan kenikmatan yang luas tetapi janji Allah hanya sebatas di dunia saja kepada mereka. Karena hati tersadar diasingkan di bumi Allah, namun sejatinya hati merasakan letak di kampung halaman tempat kembali pada Allah. rasul kita juga berpesan agar menjadi orang yang asing atau musafir. Seolah kita hidup hanya lewat. Beruntung bagi siapa saja yang merasa diasingkan karena menegakkan syariat Islam dan hukum Allah. Kenikmatan orang yang beriman selama di dunia adalah, ketika ibadah (khususnya ketika bisa bersujud kepada Allah di malam tahajud), kemudian setiap mendatangi majelis ilmu, tempat berkumpulnya hamba hamba Allah yang terpilih, dengan mendatangi majelis ilmu, itu merupakan kunci kita agar terus mengenal dan mendekatkan diri kita terhadap Allah. Dan di akhirat sudah tidak adalagi Al-Qur’an. Salah satu ibadah yang dicemburui oleh malaikat, yaitu kita bisa membaca ayat suci Al-Qur’an. Dan tugas mereka hanya bertasbih dan berzikir (makhluk Allah paling suci). Diantara tingkatan malaikat, manusia, hingga hewan, tentu kita berharap agar tidak seperti hewan yang hanya makan, liri-lirik betina, kemudian tidur. Jangan ikut-ikutan dan samakan kita “like an animals.” yang berperilaku sebebas-bebasnya, tanpa busana, yang membedakan adalah akal, namun akal disini dipakai untuk menuntut ilmu syar’i yang menyadarkan kita akan dibangkitkan kembali, dan dimintai semua yang telah kita lakukan. (bedanya dengan hewan).

Sunnah Rasulullah juga menentukan kita semakin bisa ikhlas dan menjauhkan diri dari terkena syubhat. Sesungguhnya Allah berada di Arsy’, tetapi ilmunya ada dimana mana. Maka tugas kita diciptakan oleh Allah adalah tidak lain untuk beribadah kepadanya. Orang yang menggantungkan nasib dan percaya diatas suatu ramalan (salah satu syubhat) adalah yang dapat merusak keyakinan, karena jauh dari Sunnah dan dekat dengan bid’ah. jadi kuncinya harus selalu minta hidayah agar terhindar dari syahwat dan syubhat. Hidayah itu bagikan rezeki, yang harus terus dicari dan dikejar, walaupun orang tsb tinggal di pedalaman manapun adalah hak (fitrah) karena kita dikasih pilihan oleh Allah untuk menjadi orang yang beriman atau kufur, selama kita berada di dunia. Semua manusia dalam keadaan lahir diberikan perangkat/fitrah beriman kepada Allah, baik dalam keadaan nasrani, yahudi, budha, dll walau dilahirkan dr seorang musyrik, ia adalah tetap islam, jika ia meninggal langsung masuk surga (bayi) dan berlangsung terus hingga dirusak oleh orangtuanya dari kebenaran. contoh: SALMAN, dari persia yang berhasil mendapati jejak kebenaran walau ia berjuang sendiri dari keluarganya yang kufur, tetapi ada juga Abu jahal, adalah paman nabi Muhammad yang dalam islam tetapi dia dalah menjadi kufur karena menolak kebenaran (sombong). Rasul-rasul diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia. dan semua orang kafir meyakini bahwa mereka atau bumi diciptakan oleh Allah, tetapi mereka menolak ketika disuruh meninggalkan sesembahan. Serta mereka juga belum mempelajari dan menamati aqidah ahlusunnah wal jama’ah, karena islam adalah penyempurna agama-agama sebelumnya. Sama seperti nabi Muhammad, adalah sebagai penutup para nabi dan rasul sebelumnya.

Sunnah Rasul adalah ajaran nabi, yang membuat merindukan ummatnya, walaupun yang belum pernah ia temuinya (kita). Disebutkan juga adalah saudara beliau, dengan tanda-tanda wajah yang akan bercahaya karena bersahabat dengan sunnah Rasul. Inti dari hijrah bukan pada penampilan. Yang pria memelihara janggut, dan memakai celana diatas mata kaki. Yang wanita berhijab secara syar’i, bukan hijab jahiliyah. Karena jika menganggap inti dari penampilan saja, makan itu penyebabnya dari tidak istiqamah untuk berlanjut. sehingga mengakibatkan susah pula menggapai keikhlasan, dan tawadhu’ (kerendahan hati atas segala kelebihan yang telah dimiliki). Jadi intinya, terdapat pada Aqidah, tauhid, dan amalan hati. PR besar ummat muslim adalah menata hati secara bersih, sebening mata air; Ibadah, shalat, dakwah, dzikir, bersih dari hasad, tersentuh saat saudaranya dibantai, dll). Jika ada yang mencaci, menyinyir, atau membully, itu semua sudah ada semenjak zaman nabi Nuh, ketika ia berdakwah selama 950 tahun, orang orang begitu jahil dan sombong seraya menutup telinga hingga menutup wajah memakai pakaian mereka. Tetapi kunci beliau, tidak mengajak berkelahi selama dizhalimi, ia dakwah terang-terangan, dan secara 4 mata. “Istighfarlah kepada Rab-Mu”. Semua manusia hakikatnya sedang diuji untuk melihat siapa saja yang bertahan dan siapa yang hanya jlan demi kepentingan dunia saja. surga disiapkan bagi orang-orang yang tidak ingin tampil di dunia, tidak mau menikmati tipu daya dunia, tidak menikmati keindahan diri yang didapat, tidak gila hormat, dan disambut atau dihargai oleh orang, tidak ingin menjadi populer dan terpandangan dihadapan orang banyak. hanya bagi mereka yang merendah hati. maka jika populer, jangan senang. Orang yang tidak suka popularitas, akan menjadi populer sendirinya, karena ilmu-ilmunya atau jasa-jasanya yang disampaikan atau diberikan kepada orang banyak sehingga orang itu akan selalu mengingat dan menggunakan kembali, maka orang lain pun akan tahu sendiri bahwa orang tersebutlah yang telah memberikan pengaruh terhadap orang banyak.

Diambil dari rangkuman kajian ust. Djazuli, Lc – Al-Jannah, tentang sebab-sebabnya penghalang seseorang dari hidayah:

1). Tidak mengenal agama / bodoh terhadap ajaran Islam.

Karena yang membedakan adalah otak dan hatinya. (Al-Kahfi : 68) “Dan bagaimana engkau dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”

2). Hati yang sakit. (Al-Anfal : 23)

(Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan pada mereka) bakat yang baik di dalam mendengarkan perkara yang hak (tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar) dengan pendengaran yang disertai pemahaman. (Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar) sebagai perumpamaan, karena Allah telah mengetahui bahwa tidak ada kebaikan dalam diri mereka (niscaya mereka pasti berpaling juga) dari perkara yang hak itu (sedangkan mereka memalingkan diri”) dari menerima perkara hak yang mereka dengar itu karena keras hati dan ingkar.

3). Sombong, Dengki, Iri / Hasad. (Al-Baqarah : 146)

(Orang-orang yang Kami beri Alkitab mengenalnya) Muhammad (sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri) karena disebutkan ciri-cirinya dalam kitab-kitab suci mereka. Kata Ibnu Salam, “Sesungguhnya ketika aku melihatnya, maka aku pun segera mengenalnya, sebagaimana aku mengenal putraku sendiri, bahkan lebih kuat lagi mengenal Muhammad.” (Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran) maksudnya ciri-cirinya itu (padahal mereka mengetahui) keadaanmu dan siapa kamu yang sebenarnya.

4) Jabatan dan Pangkat sebagai Tujuan, bukan sarana Ibadah. (Al-Mu’minun : 47)

(Dan mereka berkata, “Apakah pantas kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita juga, padahal kaum mereka adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?”) yakni kaum Bani Israel; mereka tunduk dan dianggap hina oleh Firaun.

5) Terlalu Mencintai Dunia, Terutama Harta. (Al-Ahqaf : 32)

(Dan orang yang tidak menerima seruan orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi) artinya ia tidak akan dapat melemahkan Allah dengan cara lari dari-Nya sehingga ia selamat dari azab-Nya (dan tidak ada baginya) yakni bagi orang yang tidak menerima seruan itu (selain Allah) (pelindung-pelindung) yang dapat menolak azab Allah daripada dirinya. (dalam kesesatan yang nyata”) jelas sesatnya.

6) Terlalu mencintai keluarga secara berlebihan (Takut dijauhi keluarga karena mengenal Islam) Terlalu mencintai tanah air (Pancasila, UUD, dll-> Thoghut). Karena sumber hidup manusia adalah Al-Qur’an dan Hadits. Kita cinta tanah air karena tidak dibelenggu oleh teroris, sehingga kita bisa menuntut ilmu, dan beribadah dibawahnya dengan aman. Kita cinta akhirat karena adalah tempat kita kembali yang menentukan, yang sifatnya abdi, bukan sementara.

Diambil dari rangkuman kajian ust. Abu Islama Aminuddin, Lc, MA – Al Jannah, cara kita senantiasa beradab kepada Allah:

1). Menjalankan semua ibadah kita hanya untuk Allah.

Mewaspadai diri dari syaithan yang memalingkan keikhlasan diri kita saat ibadah thd Allah (tidak khusyu). Barangsiapa yang setiap nafas dikeluarkannya selama hidup adalah karena dan hanya untuk Allah (ketaatan kpd Allah) maka buahnya akan manis ketika dipetik. Sebaliknya jika nafas yang dikeluarkan karena bnyak kemaksiatan maka buahnya adalah pahit (ketika dipetik di hari kiamat). Selama hidup wajib seorang muslim mempelajari “Maa Rabbuka?” hakikatnya segala yang dilakukan karena dan untuk Allah bukan hanya di perihal shalat saja atau agama dijadikan musiman (shalat ikut shalat, ramadhan ikut puasa, hari raya hanya formalitas, dll. tanpa diperdalam secara menyeluruh dlm aspek kegiatan hidup).

2). Mengagungkan Allah, memuliakan Allah.

Yang dituntut hanya semua orang muslim, karena orang kafir tidak akan pernah memuliakan Allah, dan orang kafir adalah orang yang paling jahil. Kecerdasan berikutnya adalah dengan tidak pernah mengeluh dan bersyukur atas segala kenikmatan walau hanya dengan melihat kenikmatan seorang pedagang yang memotong daging. bersyukur dari bangun tidur, dari hari-hari yang diberkahi. satu sendok makan suami terhadap istri adalah sebuah sodakoh. Jangan pernah luput dari ucapan terimakasih walau sekecil apapun tawaran kebaikan.

3) Menanamkan Rasa Takut Kita Terhadap Allah.

Termasuk adab yang mulia. Kemenangan hanya berdasarkan ilmu dan iman. Tugas kita hanyalah terus belajar, tidak pernah takut dengan ancaman orang kafir, karena jika kita merasa takut, sama halnya dengan kita tidak percaya kepada Allah, hilang rasa takut kita kepada Allah, maka justru akan mudah dikuasai orang kafir. Orang-orang Ummul mukminin terdahulu banyak diwafatkan oleh Allah karena memang hakikatnya kehidupan orang yang beriman dan mukmin sejati bukan di dunia (tempat singgah dan lewat saja). Kemudian penyakit lemah, yaitu takut mati.

4) Mencintai Allah Melebihi Segalanya.

Allah bersih dari segala kekurangan (Maha Sempurna). Jika pasangan kita meninggalkan kita saat bekerja dan luput dari kita, masih ada Allah yang 24 jam mengawasi dan melindungi kita. Karena Allah maha lembut, maha kasih, ia berikan kita terus kenikmatan hidup walau banyak dosa, maka terkadang kita akan merasakan teguran berupa rasa penyakit. Karena azab di akhirat adalah lebih dahsyat pedih. Siapa saja yang berjalan untuk menuntut Ilmu ia adalah sedang berjalan di jalan Allah hingga ia kembali; orang-orang yang apabila ia berbuat dosa atau menzalimi diri sendiri ia langsung ingat dan bertaubat terhadap Allah, beristighfar, dan memohon ampun adalah ciri ciri orang yang bertakwa. Meninggalkan yang Allah larang, menjalankan yang diperintahkan adalah bukti kecintaan kita terhadap Allah. Sedangkan orang munafik, menyebut nama Allah hanya sedikit, jikapun mereka beribadah hanya karena untuk dilihat orang lain saja (tidak ada keikhlasan).

5) Bertawakal Kepada Allah.

Zaman ini, orang banyak berserah diri thd orang lain, diri sendiri, atau pasangannya, maupun apa saja kepunyaannya, tidak kepada Allah. Tawakal adalah menyerahkan seluruh perkara atau urusan dan bersandar kepada Allah setelah kita berikhtiar. Ini juga merupakan hasil dari seorang mukmin yang mengenal Allah. sifat orang yang beriman, kurang sempurna jika tidak bertawakal sepenuhnya. ( Al-Maidah : 23) jika benar-benar tawakal akan dicukupkan kehidupannya, jika tawakal setengah-setangah, maka dicukupkan pula ia hanya setengah-setengah. Kelompok orang yang mencari ilmu : a. Ingin mendapat ilmu = Allah kasih ilmu. b. Datang dengan malu-malu / fikiran banyak alasan = Allahpun malu kasih ilmu. c. Berpaling dari ilmu, (hanya mengetes spt apa majelis ilmu) = Allah tidak berikan ia ilmu samasekali.

At – Talaq : 3

“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

Leave a comment